Kirab Satu Negeri Dengan Wajah Kebhinnekaan Kota Tangerang
Kirab Satu Negeri (KSN) yang diprakarsai PP GP Ansor untuk membawakan pesan perdamaian ke seluruh penjuru tanah air kini tiba di Kota Tangerang. Seluruh pengurus GP Ansor di wilayah Tangerang beserta Pengurus Cabang Himpunan Mahasiswa Budhis Indonesia (HIKMAHBUDHI) Kota Tangerang, Orang Muda Katolik (OMK) Paroki Karawaci Gereja Santo Agustinus, Muda-Mudi Kong Hu Cu, Pemuda Gereja Bethel Indonesia dan Pemuda Parisadha Hindu Dharma Indonesia turut andil dalam Kirab Kebangsaan ini. Kirab Satu Negeri ini merupakan agenda ekstra dari dialog-dialog kebangsaan yang pernah dilaksanakan di wilayah Tangerang oleh organisasi-organisasi di atas. Dengan didorong oleh keprihatinan atas merebaknya isu SARA dan tindakan-tindakan kekerasan mengatasnamakan agama, yang tentunya dapat memecah belah persatuan dan kesatuan bangsa, Kirab Satu Negeri di Kota Tangerang ini dihadirkan dengan nuansa kebhinnekaan pada selasa malam (16/10), bertempat di Plaza Gazebo Masjid Raya Al-Azhom, Pusat Pemerintahan Kota Tangerang. Acara dihadiri oleh para pejabat MUSPIKA dan para tokoh agama, juga tokoh pemuda se-Kota Tangerang.
Dalam sambutannya Walikota Tangerang H. Arief Rachadiono Wismansyah, B.Sc, M.Kes. mengatakan Kota Tangerang adalah anugerah terindah yang telah diberikan oleh Tuhan karena terdiri dari berbagai macam keyakinan dan suku bangsa. Melalui event ini, semakin jelas bahwa NKRI adalah suatu keniscayaan dalam menjaga nilai-nilai kebhinnekaan, kedamaian di Kota Tangerang yang juga menjadi tanggung jawab seluruh warga untuk menanamkan nilai-nilai luhur bagi generasi selanjutnya.
Ketua PC GP Ansor Kota Tangerang, A. Sudarto menyatakan Kirab Satu Negeri ini merupakan tindakan cinta tanah air yang dilakukan seluruh GP Ansor untuk menyampaikan pesan kebhinnekaan di Negeri ini sesuai dengan tagline ‘Kita Ini Sama’. Dan Ketua PAC GP Ansor Tangerang, Jajat Sudrajat sebagai ketua panitia juga memberikan arahan agar setiap komponen anak bangsa berperan dalam merawat kerukunan umat beragama untuk menciptakan perdamaian dan membumikan nilai-nilai toleransi di tengah-tengah masyarakat kita yang majemuk.
Kirab Satu Negeri dimulai dengan parade keanekaragaman budaya Indonesia, kemudian di sambung dengan pembacaan puisi-puisi kebangsaan dari perwakilan seluruh agama yang ada. Orasi Kebangsaan dari berbagai macam tokoh agama, diantaranya: Drs. KH. Amin Munawar (Ketua FKUB Kota Tangerang), Romo Lammarudut HPH Sihombing, CICM (Pastur Kepala Paroki Ciledug Dekanat Tangerang 1), Y.M. Bhiksu Bhadra Sraddha, S.Pdb (Ketua Sekretariat Wilayah Banten Sangha Agung Indonesia), JS. Yap Cun Goan (Ketua Khong Cu Bio Tangerang), P. Nyoman Subikse (Wakil Ketua Parisadha Hindu Dharma Indonesia Kota Tangerang) dan Pendeta Andreas Tarmudi, S.H, S.Th (Ketua Musyawarah Pimpinan Gereja-gereja Kota Tangerang).
JS. Yap Cun Goan dalam orasinya menyampaikan bahwa kita harus bersyukur dalam keragaman dan kebersamaan yang dimulai dari berbagai sendi-sendi kehidupan. Sebagai bangsa yang besar kita harus saling membantu dan menghormati agar lebih menyadari bahwa umat manusia sama-sama membutuhkan kedamaian. Pada intinya kita sebagai bangsa indonesia berkeinginan maju bersama dalam pembangunan bangsa.
P. Nyoman Subikse menambahkan empat kekuatan yang maha dahsyat yang harus kita pertahankan untuk Indonesia yaitu Pancasila, Bhinneka Tunggal Ika, NKRI dan UUD 1945. Kita harus menjaga hubungan harmonis, ‘antara kita dengan Tuhan, kita dengan sesama manusia dan kita dengan alam’. Kita juga harus menjaga kesantunan dengan berpikir baik, berbahasa baik dan bertindak baik untuk melawan segala bentuk hoax yang beredar.
Pendeta Andreas Tarmudi mengutip ‘jika tidak sanggup berbuat baik janganlah menjelekkan orang lain, jika tidak sanggup menghargai janganlah merendahkan, jika kita tidak sanggup memberi janganlah mengganggu hak orang lain’. Jangan ada lagi istilah di antara kita: kamu suku apa, kamu bangsa apa, kamu bahasa apa. Kita semua adalah putra-putri Indonesia. Warisan kemerdekaan ini perlu ditindaklanjuti tanpa batas oleh kita semua, tegasnya.
Duduk tersenyum, saling menyapa dan saling memberi salam inilah roh dari Pancasila yang telah di gagas oleh para founding father dengan segala daya upaya mereka yang harus kita syukuri. Saat kita menyebut ‘Allahuakbar’, Allah yang Maha Agung dan yang Maha Besar, maka konsekuensinya adalah menerima segala sesuatu yang berasal dari Allah dan kebhinnekaan yang kita miliki saat ini sebagai pemberian Allah untuk di jaga oleh kita semua. Untuk itu pancasila harus kita rawat, jaga dan lindungi, pungkas Romo Lammarudut HPH Sihombing
Berada di urutan kelima dimaknai oleh Y.M. Bhiksu Bhadra Sraddha sebagai penyimbolan Pancasila. Semua yang hadir di sini berasal dari beragam suku dan agama, sama halnya dengan kelima jari kita yang berbeda-beda diciptakan agar mampu saling memegang erat. Kami semua duduk disini dan menjadi pusat perhatian karena berbeda. Keragaman itu adalah sebuah keindahan yang ibarat pelangi dengan warna-warninya, dan taman bunga dengan beragam jenis, bentuk, warna yang unik dan berbeda. Jangan sampai semua yang hadir di sini masih menganggap aku, kamu, dia dan mereka tetapi semua yang hadir disini adalah kita, tandas Y.M. Bhiksu Bhadra Sraddha.
Betapa indahnya kehidupan di Kota Tangerang ini dengan situasi yang kondusif karena negara kita yang merdeka. Kemerdekaan Negara ini bukanlah hadiah dari para penjajah. Nikmat kemerdekaan yang kita rasakan ini adalah hasil keringat, bahkan cucuran darah dari para pendahulu kita. Jangan kita kotori kemerdekaan yang kita dapat ini dengan cara-cara yang amoral, yang melanggar norma hukum serta norma agama. NKRI tak ubahnya seperti satu tubuh, yang jika salah satu bagian mengalami sakit maka kita semua juga akan merasakannya. Di suku apapun kita dilahirkan dan apapun warna kulit kita, selama kita bangsa Indonesia mari kita perkuat persaudaraan kita sebagai ‘Ukhuwah Wathoniyah’, tutup KH. Amin Munawar.
Acara KSN ini dihadiri lebih kurang seribu peserta terdiri dari berbagai elemen lintas agama mulai dari unsur pemuda, mahasiswa, tokoh agama, dan organisasi masyarakat. Diakhiri dengan doa bersama dan pengumpulan dana untuk para korban bencana yang terjadi di Sulawesi, Palu dan Donggala, terlihat sangat harmonis dimana para tokoh agama dan pemuda lintas iman saling membantu menghampiri seluruh hadirin untuk penggalangan dana. Mari kita rawat kebhinnekaan untuk menjaga NKRI. Jangan pernah mencari perbedaan, tapi carilah apa yang dapat kita lakukan bersama untuk bangsa Indonesia.
Hidup Indonesia ! NKRI Harga Mati!
-Panitia KSN Kota Tangerang-