Santo Tarsisius di Masa Pandemi
Tarsisius adalah seorang pelayan altar (akolit) yang hidup di abad ketiga, pada zaman pemerintahan Kaisar Valerianus. Ia tinggal di Roma, Italia. Masa itu adalah masa penganiayaan bagi umat Kristiani, mereka dilarang untuk beribadat dan dipaksa untuk mengingkari iman kepercayaan mereka. Umat Kristiani harus bersembunyi-sembunyi untuk bisa beribadat dan mengikuti perayaan Ekaristi.
Di usianya yang baru sepuluh tahun Tarsisius muda dengan keteguhannya berani menyediakan diri untuk mengantar Sakramen Maha Kudus kepada para tahanan yang dipenjarakan karena mempertahankan imannya. Di saat penantian mereka yang akan dilemparkan ke tengah singa lapar, mereka sangat berharap agar sebelum mati di mulut singa- singa lapar itu mereka bisa menerima santapan kekal, Tubuh Tuhan yang Mahakudus.
Dalam perjalanannya, Tarsisius berhasil melalui para tentara yang tidak mencurigainya tetapi masalah berikutnya justru muncul tatkala dia harus melewati teman-teman sebayanya yang mengajaknya bermain. Teman-temannya ini makin penasaran melihat Tarsisius membawa sesuatu dengan hati-hati. Mereka menarik tangan Tarsisius hendak merampas apa yang dibawanya. Tarsisius tidak melepaskan tangannya. Bahkan, ia semakin kuat mempertahankan apa yang sedang dipegangnya hingga dia sendiri jatuh. Satu di antara anak-anak itu kesal, karena tidak berhasil melepaskan tangan Tarsisius. Katanya, “Ayo kita buktikan siapa yang paling kuat!” Ia mengambil batu dan melemparkannya ke arah Tarsisius. Tarsisius bergeming namun tangannya tetap tak terbuka. Kini, ia semakin kuat memeluk Sakramen Mahakudus di dadanya. Anak-anak itu semakin marah dan brutal. Mereka merajam Tarsisius dengan batu berkali-kali.
Inilah akhir hidup Tarsisius, dia meninggal dengan tetap mempertahankan Sakramen Mahakudus di dadanya.
Peristiwa delapan belas abad yang lalu, kini seakan berulang dengan konteks yang berbeda. Kini kita mengalami tantangan lain di tengah kerinduan kita menerima Tubuh Kristus. Saat ini bukan prajurit Roma yang menghalangi kita untuk beribadat dan menerima Sakramen Maha Kudus. Saat ini pandemic dengan virus covid-19 lah yang menghadang dan menghalangi kita.
Di tengah kerinduan kita menyambut Tubuh Kristus, Bapa Uskup memberikan tawaran luar biasa (extra ordinary) kepada kita yang awam (tidak tertahbis) untuk membawakan Sakramen Maha Kudus kepada anggota keluarga kita. Apakah kita sanggup menyambut tawaran ini dengan penuh keteguhan seperti Tarsisius?
Seperti halnya Tarsisius, pada saat membawa Sakramen Maha Kudus kita akan menjumpai hal-hal yang tidaklah mudah dalam perjalanan kita. Apakah kita sanggup untuk tetap menjaga kesucian Sakramen Maha Kudus sepanjang perjalanan kita? Masalah lalu lintas dengan segala dinamika dan keruwetannya adalah salah satu contoh tantangan yang akan kita hadapi.
Marilah kita siapkan hati kita untuk menjadi Tarsisius bagi keluarga kita. Jangan kita menjadi grusa-grusu di jalan hanya karena pengaturan waktu yang tidak baik sehingga harus tergesa-gesa. Jangan lupa bahwa yang kita bawa adalah Tubuh Kristus sendiri yang telah memberikan dirinya untuk penebusan dosa kita. Kristus akan datang ke rumah kita masing-masing sebagai tamu, kita persiapkan tempat yang pantas dan jangan biarkan Dia dalam kesendirian di altar rumah kita. BS-28 Nov 2020